Pagi buta di bulan Juli 2008
Remang-remang cahaya lampu teras merambat masuk ke kamarku. Dengan sedikit memicingkan mata ku coba melihat jam berapakah ini..? Ah, rupanya baru pukul 03.15 Wita. Sedikit menggeliat aku berusaha menggapai selimutku yang tersingkap, dinginnya malam sedikit menusuk tubuhku. Sekedar mencoba hangatkan tubuh, kaki ku merayap dibawah selimut mencari-cari kehangatan. Oops..kenapa disekitar kakiku kasur ini terasa dingin, tidak ada kehangatan yang kucari-cari itu. Sedikit malas aku bangun dan menyibakkan selimut, Deg..deg..jantungku berdegup berlipat-lipat dari batas normal..
"Dia tidak ada..kemana dia? Kenapa hanya guling yang ada di sampingku..?"kata hatiku berujar.
Beranjak meninggalkan peraduanku untuk mencari dia.
...kriieeett...bunyi pintu kamar ku buka, berjalan perlahan aku menuju ruang tamu.
"Mungkin dia ada disitu.."bisik hatiku. Dan ternyata tidak ada.
Berbalik aku menuju ke kamar mandi, berusaha mencari lagi..
Ku nyalakan lampu belakang untuk menerangi langkahku..
"Astagfirullah..dia juga tidak ada di sini.."lanjut kata hatiku.
Seketika kegelisahan hatiku mengguncang ragaku.. Pukul berapa ini..? Mengapa dia pergi dan tidak bilang padaku..? Kemana dia pergi..?
Pukul 03.40 Wita, aku kehilangan jejaknya. Aku terduduk sendiri di kursi tamu dengan segudang pertanyaan yang aku tahu saat ini aku tidak akan mendapatkan jawabannya.
"Alhamdulillah..akhirnya sampai juga.."ujar ku dalam hati. Ku hempaskan badanku di kursi sofa yang menurutku sudah sangat tua. Lihat saja begitu aku duduk, debu berterbangan mengitari sekelilingku. Untungnya aku tidak memiliki alergi terhadap debu, jika tidak celaka lah aku ini..
Sunyi dan lengang..itu yang kurasakan hari-hariku setiap aku memasuki rumah sepulang dari kantor. Tidak ada siapapun yang menungguku. Dan tidak ada satupun yang aku tunggu. Aku sendiri dan sendiri.. hal ini sudah aku jalani sekitar 15 hari semenjak kejadian aku terbangun tanpa menemukan dia.
Oh, dia pergi tanpa pesan. Hingga detik ini aku tak tahu dimana dia. Aku berharap dia menghubungi aku, paling tidak memberi kabar bahwa dia baik-baik saja. Aku tidak akan marah, aku hanya ingin meyakinkan diri bahwa dia sehat dan selamat. Tapi ternyata dia tidak perduli dengan aku, sepertinya.
Berusahapun sudah aku lakukan seperti menghubungi teman-temannya, mendatangi kantornya, mencari di tempat-tempat yang biasa dia kunjungi. Tapi dia seperti ditelan bumi. Tidak ada yang tahu.. Atau mungkin ada yang tahu tapi tidak ingin memberitahuku.. Aku tak tahu, ada apa ini..?
****
Berhari-hari aku mencari... Hingga 1 bulan aku menunggu.. Akhirnya datang juga kabar itu.. Kabar yang membuat aku menjadi begini saat ini..
...Treeerrtt...treeerrrtt.. Bunyi getar selularku.
"Halo.."ucap suara wanita diseberang sana
Dengan sedikit terkejut aku menjawab.."Ya..halo"
"Suamimu ada di RS Sejahtera kamar 303, dia sakit.."sambung suara wanita itu tanpa basa basi.
Belum sempat aku menjawab dia sudah menutup telepon. Aku terhenyak tak mengerti apa yang barusan aku alami. Nyaris 10 menit aku terbengong tanpa tahu apa yang aku pikirkan..
Ya Allah...ada apa ini? Setelah bergulat dengan kebingungan, aku memutuskan untuk mendatangi RS itu. Sejenak aku sempatkan untuk menjalankan ibadah magrib dahulu, sekedar untuk meminta kekuatan atas apa yang akan aku hadapi nanti.
Ku parkirkan kendaraan roda duaku di parkiran RS. Berjalan melenggang menyusuri koridor RS, aku menoleh kiri dan kanan mencari petunjuk ruangan tempat dia berada. Setelah berjalan 3 belokan akhirnya aku menemukan ruangan itu. Ya Allah...kuatkan hatiku, ucap hatiku berdo'a pada Illahi..
Dengan berat kubuka pintu kamar itu..mengintip sedikit berusaha mengenali situasi yang ada di dalamnya..
..Lengang.. Saat pintu terbuka lebar aku hanya melihat sesosok tubuh terbaring di atas ranjang dengan selang infus menusuk tangan kirinya.
Ya Allah..itu dia. Bergegas aku menghampiri sosok itu.
Sesosok yang terbaring lemah, betapa tirus wajah itu nyaris tak ada darah yang mengaliri wajahnya.
Ku sentuh tangannya dengan pelan dan dia merasakan sentuhanku. Perlahan-lahan mata terpejamnya terbuka, menatapku tak berkedip dan tanpa senyuman di wajahnya.
"Pa..apa yang terjadi..? Papa sakit apa?.."berondongku padanya.
Dia tidak menjawab, dia hanya menatapku dengan berkaca-kaca..
"Pa..beritahu aku, kenapa sampai begini.. Jawab pertanyaan aku..?"ujarku padanya.
"Ma...maafkan papa. Papa tidak apa-apa..papa hanya ingin istirahat saja.."jawab dia dengan lirih nyaris tak terdengar.
Terduduk ku di kursi sebelah ranjangnya, menangisku tersenguk melihat kondisinya.
"Ya Allah...apa yang terjadi dengan suamiku? Apa yang sedang dideritanya. Ya Allah kuatkanlah suamiku ini.."do'aku terucap pada Tuhan yang aku tahu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..
Saat bibirku berkomat kamit membaca beberapa ayat suci, aku mendengar pintu kamar terbuka. Sesosok wanita berjalan memasuki ruangan ini.
"O..sudah datang rupanya"ujar wanita itu dengan suara ketus.
Terkaget aku mendengar nada suaranya hingga membuat aku terdiam sesaat.
Setelah mengumpulkan nyawa akhirnya akupun tersadar.
"Iya Mba..terima kasih sudah mengabari saya. Perkenalkan saya Susi. Saya istrinya mas Budi. Maaf kalau boleh tahu Mba ini siapa ya..?"ucapku pada wanita itu.
"Hee.."seringai wanita itu padaku, cukup membuat aku syok dan berfikir, ada apa ini..?
"Sudah tidak usah basa-basi, aku tahu siapa kamu. Tapi asal kamu tahu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan"ujar wanita itu.
"Maksud Mba apa ya..?"sahutku
"Begini..aku adalah istri yang sah dari mas Budi. Aku sudah menikah dengan mas Budi sebelum kamu ada. Jadi aku adalah istri pertamanya mas Budi. Kamu sudah mengerti..?"ucap wanita itu dengan lantang.
Ternganga mulutku ini mendengar hal ini, bagaikan di sambar petir aku terhenyak
kembali di kursi dan nyaris terjatuh.
"Aku memberitahu kamu tentang mas Budi karena aku mau menuntaskan persoalanku dengan mas Budi. Aku dan mas Budi sudah sepakat dan mas Budi sudah mengambil keputusan untuk kamu.."kata wanita itu padaku
Aku tak mampu berkata-kata.. Aku hanya mampu melihat wanita itu dengan tidak berkedip..
"Ini.."ujarnya..sambil menyodorkan selembar kertas padaku.
Dengan gemetar aku membalik kertas itu dan berusaha membacanya..
Ya Allah...kenapa aku tidak bisa melihat huruf yang ada di kertas itu. Apa isi kertas itu. Mataku tertutup oleh air mata yang tanpa sadar mengalir deras.
"Itu adalah surat pernyataan talak dari mas Budi untuk kamu. Mas Budi sudah resmi menceraikan kamu. Meskipun kamu tidak tahu dan aku tahu kamu pasti tidak dapat menerima hal ini tapi aku mau kamu tahu bahwa.. Kamu bukan istrinya mas Budi lagi sejak saat ini."ucap wanita itu panjang lebar.
Aku tidak dapat mendengar dengan jelas, yang aku lakukan hanyalah menatap mas Budi yang tergolek tak berdaya. Dia hanya mampu menatapku dengan kosong.
Ku tatap matanya untuk meminta penjelasan dari mas Budi tapi mas Budi justru memalingkan muka dariku.
Ya Allah kenapa jadi begini. Apa salahku..?
Berontak aku atas kenyataan ini. Dengan mengumpulkan kekuatan aku berargumentasi dengan wanita itu. Segala macam cara aku ungkapkan ketidak terimaan hal ini. Bertengkar hebat aku dengan wanita itu..
Mulut kami saling menyerang..
Bibir kami saling mencakar..
Kata-kata kami saling mencabik.. Hingga..
"Ma...maafkan aku..."suara lirih mas Budi menghentikan pertengkaran kami.
Dengan tergopoh aku mendekatkan telingaku pada mas Budi.
"Ya Pa..kenapa jadi begini..?"tanyaku padanya.
Setelah menarik nafas panjang mas Budi berkata..
"Ma..maafkan aku. Aku tidak jujur selama ini. Aku tidak dapat berbuat a..pa-apa lagi.."ujar mas Budi tersengal-sengal..
"Ma.."lanjut mas Budi.. "Ampuni aku..aku tidak ingin membuat mama menderita untuk itu sejak hari ini aku jatuhkan talak kepada mama.. Maafkan aku ma.."ucap mas Budi lirih.
Terjerebab aku terjatuh ke lantai.. Kepala ku berputar-putar, bau RS ini membuat aku semakin pusing..
Ya Allah apa yang baru saja aku dengar..
Ya Allah apa yang baru saja aku terima..
Ya Allah apakah dunia itu hitam seperti saat ini..
Banyak pertanyaan di kepalaku..
Dan aku tersungkur tak sadarkan diri..
"Dimana ini..?"kataku dalam hati. Kulayangkan pandanganku mengitari ruangan ini. Ah, ternyata aku di ruang Gawat Darurat..rupanya setelah aku jatuh pingsan wanita yang mengaku istrinya mas Budi itu memanggil suster. Dan aku di bawa ke sini..Sendiri..
Dengan langkah gontai aku meninggalkan ruangan Gawat Darurat menuju parkiran kendaraan roda dua ku. Aku harus segera pergi dari sini..hal itulah yang harus aku lakukan saat ini. Ku nyalakan kendaraanku. Dengan linglung ku jalankan kendaraanku tanpa tahu aku mau kemana..? Aku berjalan tanpa arah.. Aku berjalan tanpa tujuan..
Ya Allah..bagitu hebat cobaan yang Engkau berikan.
Apa yang harus aku lakukan.. Mengapa hal ini terjadi padaku. Apa salah dan dosa yang telah aku lakukan..
Ya Allah..mengapa dia begitu jahat padaku. Mengapa dia melakukan hal ini padaku..
Ya Allah...kuatkan hatiku untuk menerima cobaan ini..
Kepalaku berkecamuk hebat.. Berfikir dan menganalisa tapi lagi-lagi aku tidak menemukan jawaban. Begitu rumit apa yang baru saja aku alami. Begitu menyesakkan dada hingga aku butuh udara segar..
Ya Allah...mengapa begitu banyak ketidak jujuran di dunia ini. Dan mengapa justru aku yang harus mengalami..
Ya Allah..berikanlah petunjuk-Mu..atas apa yang harus aku lakukan nanti tanpa dirinya lagi..
****
Ya Allah..rasanya aku tak sanggup menerima kenyataan ini. Ternyata aku hanyalah istri ke-2 bagi suamiku. Aku tidak pernah tahu akan dirinya sebelumnya. Sebab semua begitu indah dan semua serasa manis tanpa ada sedikitpun kecurigaan padanya. Ya Allah, aku hanyalah perempuan biasa tapi aku tahu mana yang hak dan mana yang tidak.. Jika sebelumnya aku tahu bahwa dia sudah memiliki istri, tidak akan mungkin aku akan hadir dalam hidupnya. Ya Allah mengapa Engkau tidak memberitahuku...? Ataukah mungkin aku yang lupa bertanya pada-Mu..
Ya Allah..Engkaulah yang Maha Tahu.. Berikan aku pentujuk-Mu.. Apa yang harus aku lakukan dengan keadaanku ini.
Ya Allah mengapa dia melakukan ini disaat aku ingin memberinya hadiah.. Ya..hadiah yang menurutku sangat special bagi kami.
Ya Allah..bagaimanakah nasibku atas kenyataan ini. Mengapa hal ini terjadi disaat aku sedang mengandung janin suami ku..
Ya Allah..begitu kejam cobaan ini..
Ya Allah.. Kini aku sendiri..di temani janin yang ada di dalam rahimku ini.
Ya Allah..
Ya Allah..
Ya Allah..
Hanya kepada-Mu lah aku berserah..
dan..
Hanya kepada-Mu lah meminta pertolongan..
Lindungilah aku dan jabang bayi ku ini..
Ya Allah..
Ya Allah..
menjadi seorang ibu yang tegar.,.
BalasHapus